Minggu, 31 Maret 2013

Masih Berlakukah Pancasila?


Pancasila memiliki daftar sejarah yang panjang. Pancasila sebagai dasar Negara dan ideology Negara, tidak pernah lepas dari berbagai masalah dan cobaan bagi bangsa Indonesia.

Berbagai cobaan yang melibatkan pancasila marak terjadi di Negara kita. Segala kasus – kasus yang berhubungan dengan kemanusiaan tidak luput dari hubungan pancasila. Apa sebenarnya yang salah pada Negara ini? Apakah sang garuda yang harus bertanggung jawab atas penyelewengan nilai – nilai moral di negri kita? Harusnya kita semua membuka mata, menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan pancasila. Hanya saja kita tidak tahu aturan mainnya sehingga Negara kita ditindas oleh petinggi – petinggi yang satu Negara dengan kita.

Lalu apa hubungannya dengan komunis? Apa itu komunis? Apa benar komunis itu identik dengan peniadaan tuhan? Dosen saya menjelaskan bahwa komunis berasal dari kata common, yang artinya sama, adanya kesamaan sehingga membuat mereka menjadi satu kesatuan. Kata – kata komunikasi, komunitas memiliki kesamaan arti dengan komunis, yaitu kesamaan. Komunikasi terjadi bila ada kesamaan hal yang harus dibicarakan, komunitas juga terbentuk karena adanya kesamaan tujuan. Komunis juga menjunjung tinggi nilai keadilan, contohnya China yang menganut system perekonomian komunis, kaya miskin pajaknya sama. Alhasil hidup mereka tentram, tidak ada masalah yang berbau HAM. Sebenarnya nilai – nilai pancasila memiliki kesamaan pada komunis, yaitu keadilan. Tapi banyak yang beranggapan komunis itu sebagai gerakan radikal. Banyak orang – orang yang tidak paham tentang komunis, mereka hanya ikut – ikutan saja.

Kembali lagi ke pancasila. Kenapa masih banyak kasus – kasus yang berhubungan dengan pancasila? Kenapa masih banyak yang tidak setuju dengan nilai – nilai pancasila? Kenapa masih ada yang ingin berpisah dari Negara yang berasaskan pancasila? Mereka mengira bahwa pancasila sudah lemah menghadapi realita negri kita ini. Jangan salahkan pancasila, salahkan orang – orang kita. Mereka berbuat sesuka hati tanpa melihat nilai –nilai pancasila, terutama sila ke -2 dan ke – 5, yaitu tentang “keadilan”.

Maling ayam, maling jemuran, maling sandal, yang tertangkap diadili massa, dibawa aparat, diinterogasi, disiksa lagi. Adil memang itu. Tapi para pejabat yang kejahatannya melibatkan banyak orang, tersentuh tangan aparatpun enggak. Ini yang namanya keadilan? Karena apa semua ini? Uang? Ya! Uang berbicara. Dengan gampangnya para koruptor menyewa seorang lawyer dan member bayaran besar – besaran untuk keluar dari masalah itu dengan kebohongan. Belum lagi suap – menyuap para hakim dan jaksa untuk menutup kasus tersebut. Semua buta karena selembar rupiah.

Semua sudah tidak asing lagi dengan Gayus Tambunan. Kasusnya yang sangat heboh di semua kalangan membuat banyak orang berpikir tentangnya. Padahal dia lulusan sarjana hokum, tapi perilakunya tidak mencontohkan sikap keadilan. Sudah harta berlimpah masih memakan jatah orang lain. Analoginya sebagai seekor kera, sudah memegang pisang di tangan kanannya masih mengambil pisang denga tangan kiri. Itu memang sifat alamiah manusia, rakus. Tapi kita sebagai manusia yang mempunyai hati nurani bisa membedakan mana yang milik kita mana yang milik orang lain, mana yang adil mana yang serakah. Sudah sebagai terdakwa tapi masih bisa kelayapan. Coba maling sandal bisa gak kayak gitu?

Belum lagi kasus yang melibatkan aparat. Itu aparat lho yang terlibat, panutan bagi masyarakat nyontohin yang gak bener lho. Gimana mau berlaku adil kalo panutannya sudah tidak adil. Tidak usah melihat yang jauh – jauh, lihat saja di sepanjang jalan raya. Para pengguna jalan raya yang melanggar tata tertib lalu lintas akan dikenakan tilang. Itu sebuah cerminan keadilan. Tapi keadilan tidak benar – benar ditegakkan, surat tilang diberikan trus nongol deh selembaran I Gusti Ngurah Rai. Yang ga punya? Ya tetap kena tilang.

Dibawah ini adalah contoh kasus yang berhubungan dengan keadilan.
Kepala Kepolisian Sektor Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Ajun Komisaris Andar Siahaan tewas mengenaskan diamuk oleh warga Desa Buntu Bayu Pane, Kabupaten Simalungun, Sumatera utara (Sumut) Rabu malam, 27 Maret 2013 sekitar pukul 21.30 Wib. Kini jenazah korban telah dibawa ke Rumah Sakit Umum Pematang Siantar untuk diautopsi.

Berdasarkan penuturan salah seorang warga Dusun Merek Raya Huta, tempat Andar menghembuskan nafas terakhirnya, kejadian bermula ketika korban bersama tiga orang anggotanya melakukan penggerebekan langsung juru tulis judi togel di daerah itu. Sekitar pukul 20.00 WIB, korban dan annggota tiba di rumah target yang belum diketahui identitasnya tersebut dengan menggendarai mobil kijang BK 1074 FN. Dengan mudah target berhasil dibekuk dan diboyong

Melihat suaminya tertangkap, sang istri pun spontan meneriaki polisi sebagai maling. Teriakan itu memancing warga beramai-ramai keluar dari rumahnya dan mendekati korban. Mereka merasa tidak senang rekannya ditangkap, mereka mendesak agar polisi agar membebaskannya.

Melihat amarah warga yang mulai naik, korban menuruti permintaan untuk melepas tangkapannya, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Kemudian meninggalkan lokasi mengarah arah keluar desa.
"Kami sudah menangkapnya, tapi karena warga marah maka kami lepaskan dan pulang meninggalkan lokasi," kata Brigadir Satu Leo, salah satu petugas yang ikut dalam penangkapan itu.

Namun rupanya tak cukup sampai situ saja, warga malah marah dan mengejar mobil korban yang meninggalkan lokasi. Tepat di jalan masuk ke desa, beberapa warga sudah menghadang mobil korban dengan gerobak lembu menghalangi laju mobil.
Andar sempat turun dari mobilnya meminta agar warga menggeser gerobak yang menghalangi jalan. Namun, dari arah belakang terlihat puluhan warga yang mengejar semakin mendekat. Leo mengatakan, salah seorang temannya sempat berusaha menarik tangan korban mengajaknya lari menghindari amukan warga. Namun Andar yang sebenarnya bersenjata memilih untuk mendiskusikan hal tersebut dengan warga.
"Kami lihat warga marah dan menyerang, kami sempat ajak dia lari untuk menyelamatkan diri, tapi Pak Andar ingin diskusi menyelesaikannya agar tidak terjadi aksi anarki," tutur Leo.

Dan nahas bagi Andar, warga beramai-ramai memukulinya hingga tewas bersimbah darah. Mobilnya dirusak dan mayatnya dibiarkan tergeletak di pinggir jalan masuk desa. Jasadnya baru dievakuasi oleh pihak kepolisian yang langsung turun ke TKP saat sekitar pukul 22.00 WIB.

Hingga saat ini, pihak kepolisian sudah memboyong sejumlah warga dusun ke Mapolres untuk dimintai keterangan guna penyelidikan penganiayaan yang menghilangkan nyawa Pak Kapolsek itu. Kepolisian berharap agar semua pihak tetap tenang dan tidak terprovokasi demi menjaga keamanan desa. (viva, 2013).
Diatas adalah contoh kasus tindakan asusila. Padahal sudah jelas yang bersalah siapa, tapi tanpa pandang bulu mereka langsung menghajar polisi tersebut hingga meregang nyawa. Jadi pikir mereka yang bersalah itu sang polisi, padahal sang polisi sudah berbuat adil, beliau sudah mengikuti perkataan mereka untuk melepaskan tersangka, tapi apa yang terjadi? Mereka masih saja berbuat tanpa memandang nilai keadilan.

Dari situ kita sudah menilai tingkat keadlian di Negara kita masih kurang optimasi. Butuh kesadaran dari diri sendiri untuk memulai dari nol. Apa gunanya kita sebagai pemuda Indonesia? Sebagai penerus jasa –jasa para pahlawan kita untuk mengharumkan negri kita,daaaaan menegakkan keadilan. Justice must be stand on our rights!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

handapeunpost