Minggu, 07 April 2013

Suku Dayak

Dayak adalah suku asli di antara 5 suku yang ada di pulau Kalimantan selain Melayu, Kutai, Banjar, dan Paser. Menurut sensus BPS di tahun 2010 ada 3 suku yang mendiami pulau Kalimantan, yaitu Dayak, Banjar dan suku asli Kalimantan lainnya (non-Dayak dan non-Banjar). Suku Dayak sebagian besar bermata pencaharian sebagai pencari ikan, atau budaya Maritim.
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan rumpun Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau Kalimantan :
1.      Barito Raya (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok bahasa Madagaskar, dan Sama-Bajau)
2.      Dayak Darat" (13 bahasa)
3.      Borneo Utara" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina
4.      Sulawesi Selatan" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka
5.      Melayik" dituturkan 3 suku Dayak : Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais yang digolongkan bahasa Melayu), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk Banjar, Berau, Kedayan (Brunei), Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu. Sekarang beberapa suku berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam suku Dayak adalah Tidung, Kutai, Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara) dan Paser (rumpun Barito Raya)
ETIMOLOGI
Masyarakat Dayak Barito mayoritas beragama islam dan lebih dikenal dengan sebutan suku Bakumpai di sungai Barito.

Istilah suku Dayak  lebih sering dianggap sebagai suku non-muslim dan non-melayu, terutama di daerah Malaysia. Terdapat beberapa penjelasan pada etimologi ini, contohnya Lindblad, kata Dayak berasal dari kata Daya dari bahasa Kenyah, yang berarti hulu sungai atau pedalaman. King, lebih jauh menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata Aja, sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi. Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari bahasa Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya.

Sementra itu istilah bagi suku penduduk asli dekat Sambas dan Pontianak adalah Daya (Kanayatn: orang daya = orang darat), sedangkan di Banjarmasin disebut Biaju (bi = dari; aju = hulu). Semua istilah itu diperuntukkan kepada suku Dayak darat yang sebelumnya dikenal sebagai rumpun Bidayuh, yang dibedakan dengan Dayak laut atau rumpun Iban.

Di Banjarmasin istilah dayak sudah ada sejak perjanjian Sultan Banjar dengan Hindia Belanda pada 1826, untuk menggantikan istilah Biaju Besar (daerah sungai Kahayan) dan Biaju Kecil (daerah sungai Kapuas Murung) yang masing-masing diganti menjadi Dayak Besar dan Dayak Kecil, juga ditujukan untuk rumpun Ngaju-Ot Danum atau rumpun Barito. Selanjutnya istilah Dayak juga dipakai secara meluas  yang ditujukan kepada suku asli penduduk setempat yang berbeda bahasa, terutama non-muslim dan non-melayu. Di akhir abad 19, istilah Dayak dipakai dalam konteks kependudukan penguasan colonial yang mengambil alih kedaulatan suku –suku yang tinggal di pedalaman Kalimantan.

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bagian Proyek Pengkajiandan Pembinaan Nilai –Nilai Budaya Kalimantan Timur, Dr. August Kaderland, ilmuwan asal Belanda. Dia adalah orang pertama yang menggunakan istilah tersebut pada tahun 1895.

Arti Dayak masih bias diperdebatkan, contohnya Commans (1987), menulis bahwa menurut sebagian pengarang, Dayak berarti manusia, semnetara pengarang lainnya mengatakan artinya adalah pedalaman. Dan Commans mengartikan bahwa Dayak adalah orang – orang yang tinggal di hulu sungai. Dengan nama serupa, Lahajir et al melaporkan bahwa orang-orang Iban menggunakan istilah Dayak dengan arti manusia, sementara orang-orang Tunjung dan Benuaq mengartikannya sebagai hulu sungai. Sebagian orang mengklaim bahwa istilah Dayak merujuk kepada karakteristik personal tertentu yang diakui oleh orang –orang Kalimantan, yaitu kuat, gagah, berani, dan ulet. Lahajir et al menyatakan bahwa setidaknya ada empat istilah untuk penduduk asli Kalimantan dalam segi literature, yaitu Daya’, Dyak, Daya, dan Dayak.

Secara umum kebanyakan penduduk kepulauan Nusantara adalah penutur bahasa Austronesia. Saat ini teori dominan adalah yang dikemukakan linguis seperti Peter Bellwood dan Blust, yaitu bahwa tempat asal bahasa Austronesia adalah Taiwan. Sekitar 4000 tahun lalu, sekelompok orang Austronesia mulai bermigrasi ke Filipina. Kira-kira 500 tahun kemudian, ada kelompok yang mulai bermigrasi ke selatan menuju kepulauan Indonesia sekarang, dan ke timur menuju Pasifik.

Namun orang Austronesia ini bukan penghuni pertama Borneo. Sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun lalu permukaan laut 120 atau 150 meter lebih rendah dari sekarang dan kepulauan Indonesia berupa daratan, sehingga manusia sempat bermigrasi dari benua Asia menuju selatan tepatnya benua Australia yang memang tidak terlalu jauh dari Asia.
PEMBAGIAN SUB – SUB ETNIS
Arus migrasi yang kuat dari para pendatang membuat suku Dayak mempertahankan adat sitiadatnya dengan memilih masuk ke pedalaman. Dan akibatnya Dayak terpencar – pencar dan terbagi menjadi beberapa sub etnis yang kurang lebih berjumlah 405 (menurut J.U Lontaan, 1975). Dan masing –masing sub suku Dayak memiliki adat istiadat yang hamper mirip, yaitu merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa khasnya. Kini masyarakat Dayak mendiami daerah pesisir pandtai dan sungai di tiap pemukiman mereka. Menurut J.U Lontaan dalam bukunya, Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub etnis yang menyebar di seluruh pulau Kalimantan.
TARIAN DAERAH
Suku Dayak memiliki berbagai macam tarian daerah, dan dibawah ini adalah jenis – jenis tarian daerah khas suku Dayak :
1.      Tari Gantar
Tarian ini menggambarkan gerakan orang yang sedang menanam padi. Tarian ini sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara – acara lainnya. Tarian ini tak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung tapi juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini mempunyai 3 versi yaitu : Gantar Rayatn, Gantar Busai, dan Gantar Senak / Gantar Kusak.
2.      Tari Kencet Papatai
Tarian ini lebih dikenal dengan Tari Perang, yaitu menceritakan tentang seorang pahlawan. Gerakan dalam tarian ini sangat lincah, gesit, dan penuh semangat dan kadang diiringi dengan suara pekikan sang penari. Penari menggunakan alat perang seperti Mandau, Perisai, dan Baju Perang. Tari ini juga diiringi dengan lagu Sak Paku yang menggunakan alat music bernama Sampe.
3.      Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Tari ini merupakan kebalikan dari tari kancet papatay, yaitu menggambarkan ilustrasi kelembutan seorang wanita dengan berbusana pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dan memegang rangkaian bulu – bulu ekor burung Enggang.
4.      Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
5.      Tari Leleng
Tarian ini menggambarkan tentang seorang gadis bernama Utan Along yang akan dinikahkan secara paksa oleh orang tuanya dengan pemuda yang tidak ia sukai, dan akhiranya dia kabur melarikan diri ke dalam hutan.
6.      Tarian Hudoq
Tarian ini menggunakan topeng kayu yang menyerupa wajah binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh sang penari. Tarian ini berhubungan dengan acara keagamaan dari suku Dayak Bahau dan Modang. Tarian ini bermaksud untuk mendapatkan kekuatan dalam mengatasi hama perusak tanaman dan mengharapkan hasil panen yang berlimpah.
7.      Tari Hudoq Kita’
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.
8.      Tari Serumpai
Tarian ini dimaksudkan untuk menolak bala dari wabah penyakit dan untuk mengobati korban yang digigit oleh anjing gila. Tarian ini dinamakan Serumpai karena menggunakan alat music Serumpai.
9.      Tari Belian Bawo
Tarian ini juga sama dengan tari serumpai yaitu untuk menolak wabah penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar, dan lain sebagainya. Tarian ini awalnya hanya sebagai upacara adat dan menjadi tarian khas untuk menyambut tamu dan acara kesenian lainnya.
10.  Tari Kuyang
Tarian asal suku dayak Benuaq ini dimaksudkan untuk mengusir para hantu yang berjaga di pohon – pohon besar agar hantu – hantu tersebut tidak mengganggu para penebang pohon tersebut.
11.  Tari Pecuk Kina
Tarian asal suku dayak Benuaq ini dimaksudkan untuk mengusir para hantu yang berjaga di pohon – pohon besar agar hantu – hantu tersebut tidak mengganggu para penebang pohon tersebut.
12.  Tari Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.
13.  Tari Ngerangkau
Adalah tarian adat dalam hal kematian suku Dayak Tunjung dan Benuaq, dan menggunakan alat penumbuk padi yang dibenturkan secara mendatar dan teratur sehingga mengeluarkan irama tertentu.
14.  Tari Baraga’ Bagantar
Awalnya tarian ini adalah upacara Belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan Nayun Gantar, dan kini upacara ini menjadi sebuah tarian Dayak Benuaq.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

handapeunpost